Rabu, 05 Mei 2010

SPERMA IKAM MAS

Untuk pembuahan telur ikan mas, dan juga ikan lainnya perlu sperma. Namun banyak orang yang belum tahu apakah sperma itu. Melalui artikel ini saya informasikan buat anda. Mudah-mudahan bermanfaat.

Sperma didefinisikan sebagai larutan spermatozoa yang berada dalam larutan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testes, atau salah satu bagian dari alat reproduksi ikan.

Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma seminal (Partodihardjo, 1987).

Soeparna (1980) mengemukakan bahwa spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.

Spermatozoa terdiri dari dua bagian, yaitu kepala dan ekor. Tetapi adapula spermatozoa yang memiliki tiga bagian, yaitu kepala, ekor dan tengah. Menurut Toelihere (1981), walaupun ukuran dan bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis hewan namun struktur morfologinya sama, yaitu terdiri dari kepala bagian tengah dan ekor.

Spermatozoa ikan tergolong ke dalam tipe flagelata, karena mempunyai ekor (flagella) yang panjang. Sperma yang sudah matang terdiri dari kepala, leher, dan ekor. Inti spermatozoa terdapat pada bagian kepala, sedangkan ekor berguna sebagai organ untuk berenang (Nelsen (1953) dalam Sumantadinata (1983).

sperma yang berkualitas baik terlihat seperti susu kental, berwarna putih susu, penuh dan membuyar dengan mudah ketikan diteteskan dalam air tawar atau garam fisiologis. Di bawah mikroskop terlihat sperma dengan kepadatan tinggi dan semuanya berbentuk normal serta pergerakannya sangat aktif (Chung et al., 1965).

Lain lagi dengan Maneewongsa dan Tattanon (1982), menurutnya sperma yang baik tidak kental dan tidak lengket dengan plasma, jika ditumpahkan dari tempat penampungan dapat mengalir dengan mudah dan bila diamati dibawah mikroskop memperlihatkan pergerakan spermatozoa yang cepat.

Sedangkan menurut Partodihardjo (1987), cairan sperma yang baik derajat kekentalanya hampir sama atau sedikit lebih kental dari susu. Menurut Pavlovici dan Vlad (1976), mengatakan bahwa tanda-tanda kualitas sperma yang baik tidak sama untuk setiap jenis ikan, misalnya pada ikan mas : sperma berwarna putih kekuningan, mempunyai kekentalan seperti krim susu dan dengan kisaran pH 6,8 – 7,6.

Ekor spermatozoa merupakan bagian yang berfungsi sebagai alat gerak, karena dilengkapi suatu tempat yang dapat memberi tenaga bagi spermatozoa dan fibri-fibril halus yang merupakan bagian motoris (Ginzburg, 1972; Soparna, 1980) Pergerakan spermatozoa dapat dipakai sebagai indikatort kualitas spermatozoa, walaupun belum dapat menjamin terjadinya pembuahan yang berhasil (Harvey dan Hoar, 1979).

Adapun kecepatan serta lamanya sperma bergerak bergantung kepada berbagai faktor, antara lain jenis serta konsentrasi unsur yang terkandung di dalamnya, suhu, pH dan metabolisme sel serta konsentrasi spermatozoa dalam cairan sperma(Scot dan Baynes, 1980). Taurin (1977), menerangkan bahwa semakin pendek umurnya kerena kecepatan pergerakan spermatozoa erat hubungannya dengan derajat pergerakan.

Pergerakan sperma dipengaruhi pula oleh salinitas air. Umumnya pergerakan sperma ikan yang memijah dalam air laut lebih lama dibandingkan dengan dalam air tawar. Hal ini disebabkan karena air laut lebih banyak mengandung zat-zat yang terdapat dalam sperma (Harvey dan Hoar, 1979).

Yamagimachi dalam Harvey dan Hoar (1979), mengemukakan bahwa sperma ikan Hering (Clupea herenous) masih dapat bergerak 4 – 5 hari, sedangkan sperma ikan air tawar kebanyakan hanya selama 2 – 3 menit. Selanjutnya dikatakan oleh Ginzburg (1972), bahwa sperma ikan mas hanya hidup selama 30 – 60 detik dalam air. Sedangkan Pavlovici dan Vlad (1976) mengatakan bahwa lamanya pergerakan aktif spermatozoa ikan mas dalam air tawar dengan suhu 20 o C kira-kira 106.6 detik.

Harvey dan Hoar (1979) menyatakan bahwa kemampuan membuahi sperma tidak hanya dipengaruhi motilitasnya saja, tetapi sperma yan g sudah mulai berkurang motilitasnya hanya mempunyai waktu singkat untuk membuahi. Sedangkan Hoar et al., (1983) menyatakan bahwa lama motilitas dan daya fertilitas sperma tiap jenis ikan berbeda0beda, tetapi pada umumnya motilitas dan kemampuan sperma untuk membuahi adalah sejalan.

Selanjutnya dikatakan bahwa dalam penyimpanan, sperma motilitas spermatozoa adalah parameter yang berguna untuk memperkirakan kelangsungan hidup spermatozoa. Menurut Partodihardjo (a987) penentuan kelangsungan hidup spermatozoa berdasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) sperma yang hidup adalah sperma yang bergerak cepat, lambat atau sedikit pergerakannya pada kepala atau ekor. (2) sperma yang mati adalah sperma yang tidak memperlihatkan pergerakan pergerakan sama sekali pada bagian kepala maupun ekor.

Banyaknya sperma yang dapat dikeluarkan dari satu ekor jantan bergantung kepada umur, ukuran, dan frekwensi pengeluaran sperma (Kazakov, 1981). Clement dan Grant (1985) dalam Ginzburg (1972) menyebutkan bahwa volume sperma ikan mas yang dapat dikeluarkan per-ejakulasi adalah sebanyak 2.36 – 3.44 cc dengan rata-rata 2.90 cc. Jumlah spermatozoa per cc minimum 23.8 x 10 pangkat 9, maksimum 25.6 x 10 pangkat 9 dengan rata-rata 24.7 x 10 pangkat 9.

Daftar Pustaka :

Pangestuningtias, J.W. (1993). Study tentang Pengaruh Radiasi Sinar Ultra Violet dan Waktu Penyimpanan Sperma Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Terhadap Persentase Pembuahan dan Persentase Penetasan Telur. Fakultas Peternakan, Universitas Dipenogoro, Semarang.

GONAD PADA IKAN

Pengertian Gonad
gonad pada vertebrata adalah organ-organ dalam dua tunas, sebagai tambahan pada reproduksi utama gamet jantan dan betina. Gonad dapat berfungsi untuk mengontrol karakterisrik seks sekunder. Struktur dan bentuk biasanya tidak terkonsep pada awal produksi sel, tetapi dengan fasilitas fertilisasi gamet jantan dan betina. Karakteristik seks sekunder mencakup kebanyakan struktur ekstuagonadal dan kebiasaan pada setiap seks turunan.

Ciri-ciri Induk yang Matang Gonad
Ciri Induk Jantan yang Matang Gonad
tanda-tanda induk jantan yang baik adalah sebagai berikut warna gelap, perut dekat anus lancip, susunan sisik teratur, gerakannya lincah, umur 3-7 tahun. Sedangkan tanda-tanda induk jantan yang sudah saatnya memijah adalah kedua belah rusuk pada bagian perut membentuk sudut tumpul.

Ciri Induk Betina yang Masak Telur
Tanda-tanda induk betina yang baik yaitu warna terang, perut membulat, badan relatif panjang, susunan sisiknya teratur, umur 3-10 tahun. Hasil yang baik berumur 5-10 tahun. Dan tanda-tanda induk betina yang sudah saatnya memijah adalah bagian perut dibelakang sirip dada kelihatan menggembung jelas sekali dan sisik kelihatan agak terbuka.

Anatomi Sistem Reproduksi Jantan
struktur testes terdiri dari rongga-rongga yang tidak teratur dan banyak sekali, terdiri atas tubula longitudinalis. Didalam tubuh terdapat cyste seminiferis. Didalam cyste-cyste ini terdapat sel penghasil sperma. Sel-sel penghasil sperma ini dikelilingi oleh sel-sel sertoli yang berfungsi nutritif. Diluar tubulus terdapat sel-sel interstitial yang berfungsi sebagai endokrin.

Sebelum sampai pada lubang pelepasan (urogenital pore), spermatozon yang berasal dari testes terlebih dahulu melalui vasa efferentia, epididymis, vasa defferentia, seminal vesikel, urogenital sinus dan urogenital papilla pada (handrichthyes). Pada sisi seminal vesikel terdapat kantong sperma
Anatomi Sistem Reproduksi Betina
ovarium ikan berbentuk longitudinal seperti agar-agar jernih dan berbintik-bintik berisi sel telur atau ova. Biasanya jumlah sepasang. Dari ovarium sel telur keluar melalui saluran yang disebut oviduct.

Tingkat Kematangan Gonad Jantan
TKG Menurut Tester dan Takata
I. Tidak masak: Gonad sangat kecil seperti benang dan transparan. Penampang gonad pada ikan jantan pipih dengan warna keabu – abuan, penampang pada ikan betina bulat dengan warna kemerah – merahan.
II. Permulaan masak: gonad mengisi ¼ rongga tubuh. Warnanya pada ikan jantan keabuan atau putih, bentuknya pipih, sedangkan ikan betina warnanya kemerah – merahan atau kuning dan bentuknya bulat. Telur tidak nampak.
III. Hampir masak: Gonad mengisi ½ rongga tubuh. Gonad pada ikan jantan berwarna putih, pada betina berwarna kuning. Bentuk telur tepat melalui dinding ovarium.
IV. Masak: gonad mengisi ¾ rongga tubuh. Gonad ikan jantan berwarna putih berisi cairan berwarna putih, kadang – kadang dengan tekanan halus pada perutnya da yang menonjol pada lubang pelepasannya.
V. Salin: hampir sama dengan tahap kedua dan sukar dibedakan. Gonad jantan berwarna putih, kadang – kadang dengan bintik coklat. Gonad betina berwarna merah, lembek dan telur tidak nampak.

TKG menurut Nikolsky
Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikolsky terdiri dari beberapa tahap :
- Tidak masak
Individu muda belum berhasrat dalam reproduksi, gonad sangat kecil
- Tahap istirahat
Produk seksual belum mulai berkembang, gonad kecil, ukuran telur belum dapat dibedakan dengan mata biasa
- Pemasakan
Telur-telur dapat dibedakan oleh mata biasa, pertambahan berat gonad dengan cepat sedang berjalan, testes berubah dari transparan berwarna merah muda pias
- Masak
Produksi seksual masak gonad mencapai perut yang maksimum tetapi perodik seksual tersebut belum keluar bila perutnya ditekan
- Reproduksi
Produksi seksual keluar bila perut ditekan perlahan, berat gonad turun dengan cepat dari awal pemijahan sampai selesai
- Kondisi salin
Produksi seksual telah dikeluarkan lubang pelepasan kemerah-merahan, gonad seperti kantung kelapa, ovari biasanya berisi beberapa telur sisa dan testes berisi sperma sisa
- Tahap istirahat
Produk seksual sudah dilepaskan, lubang pelepasan tidak kemerah-merahan lagi, gonad bentuknyakecil, telur dapt dibedakan oleh mata biasa.

Proses Pembentukan dan Perkembangan Gonad Jantan.
Testes ikan ditopang secara memanjang oleh “mesenteries” dan di dalam testes tersebut terdapat tubulus-tubulus, dimana sepanjang tubulus berisi cyste-cyste seminiferousi yang dikelilingi oleh sel-sel certoli, cyste ini akan berdiferensiasi menjadi spermatogonium yang selanjutnya akan mengalami proses spermatogenesis menjadi spermatozoa
Proses Pembentukan dan Perkembangan Gonad Betina.
Oogonia adalah sel telur yang paling muda yang mulai berkembang dikelilingi oleh satu lapis sel granulosa yang mengelilinginya bersamaan dengan berkembangnya sel telur dan kemudian akan dipisahkan dengan sel telur oleh suatu lapisan hialin yang secara bertahap lapisan ini akan berubah dan disebut zona pellucida. Sel granulosa di luar zona pellucida ini bertanggungjawab dalam proses penghancuran sel telur, mekanisme kerjanya seperti capora lutea pada hewan mamalia

Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Gonad Internal dan Eksternal.
beberapa faktor eksternal yang berperan penting bagi keberhasilan proses reproduksi adalah :
- Photo Periode
Photo periode diduga berpengaruh secara langsung terhadap mekanisme saraf yang menentukan waktu pemijahan bagi ikan laut.
- Suhu
Suhu juga berpengaruh terhadap waktu pemijahan, pematangan gonad dan keberhasilan pemijahan.
- Substrat Pemijahan
Jika substrat yang sesuai belum ditemukan maka ovulasi tidak akan terjadi.
- Ketersediaan Makanan
Pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial akan menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah.
- Faktor Sosial (Hubungan antar periode)
Pada beberapa spesies ikan ovulasi akan terhambat jika kepadatan ikan pada suatu perairan.
faktor internal yang mempengaruhi pemijahan adalah pendorong dan penghambat hormon gonadotropin, gonadotropin pra ovulasi dan respon ovarium terhadap GTH (Gonadotropin Hormon).
ketika ikan matang secara seksual, produksek sudah masak dan proses reproduksi akan terjadi. Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa ini. Kekuatan dalam bekerjanya dapat dikelompokkan secara kasar yaitu dari dalam ikan (intrinsik) dan dari sekitar (ekstrinsik). Faktor intrinsik antara lain kematangan seksual, kelahiran dan kematangan dari jenis ikan dan hereditasnya, makanan pilihan, fisiologi individu dan faktor lingkungan antara lain perubahan durasi penyinaran (photo period), suhu, kehadiran lawan jenis, arus, pasang, tahapan bulan dan kehadiran fasilitas spawning.

SPERMA IKAN

Pengertian Sperma
sperma didefinisikan sebagai larutan spermatozoa yang berada di dalam larutan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testes, atau salah satu bagian dari alat reproduksi ikan.

pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang dikeluarkan dari alat kelamin lelaki saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan “makhluk” kecil yang berenang-renang di dalam semen disebut spema.

Pengertian Spermatozoa
spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membai diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yan menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.

Morfologi Spermatozoa
Secara morfologis spermatozoa terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian kepala dan bagian ekor, pada bagian kepala mengandung bahan genetik (inti sel) yang dilapisi oleh akrosom dan membran plasma, bagian ekor terdiri dari bagian tengah yang mengandung mitokondria, bagian utama dan bagaian ujung terdiri dari fibril-fibril
morfologi spermatozoa ikan mas sangat sederhana, terdiri dari kepala dan ekor. Bagian kepala berbentuk membulat (spherical) dan bagian leher mengalami reduksi, cahaya memanjang 10 sampai 20 kali dari panjang ekornya. Ekor sperma berguna sebagai organ renang. Pada saat di keluarkan dari alat kelamin jantan, spermatozoa beada dalam seminal plasma. Campuran seminal plasma dengan spermatozoa disebut milt. Inti spermatozoa terdapat pada bagian kepala yang mengandung kromosom, dan tiap kromosom mengandung gen pembawa sifat.


Fisiologi Spermaozoa
menyebutkan bahwa spermatozoa dapat mengeluarkan “ androgamen” yang terdiri dari enzim hyaluronidase, antifertilizin, akrosin, dan zat penelur, enzim-enzim ini berguna dalam proses fertilisasi telur. Spermatozoa pada ikan sangat simple, kepalanya berbentuk bola dengan kromatin lebih tebal dan mengecil pada bagian belakang (intermediate).
Spermiasi
Spermatozoid dikeluarkan dari siste dan menampak diri pada cahaya tebal antara September dan Oktober, tetapi belum sampai pada saluran different (spermiasi) pada ikan Oktober, November. Kemampuan gerak dan daya memijahnya masih lemah. Beberapa minggu kemudian setelah periode pematangan sperma dapat digunakan periode spermiasi dapat berlangsung beberapa bulan, kualitas sperma menurun setelah Januari, Februari


Proses Pembentukan sperma
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahsa yunani kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoa sebagai gamet jantan sehingga penting dalam keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya standart kualitas spermatozoa

Proses perkembangan spermatozoa
perkembangan spermatozoa bermula dari tiap spermatogonium ertambah ukrannya dan dnamakan spermatocyte primer. Pada spermatocyt primer, choromosom memendek dan menebal, bentuk spindel dan susunan tetrad secara random pada bidang equatorial. Kemudian dari tetrad menjadi 2 sel dengan n chromosom yang dinamakan spermatocyte sekunder atau 2 n chromatid. Spermatocyte primer kemudian pecah menjadi 4 spermatid masing-masing terdiri n chromosom, jumlahnya haploid. Kemudian diikuti pembelahan kedua, tiap spermatid mengalami metamorphose. Ini merupakan gamet yang masak disebut spermatozoa.


Kualitas Sperma
Mikroskopis
Selain tampilan sperma secara makroskopis hasil pemeriksaan secara mikroskopis lebih menentukan kondisi kualitas kesuburan sperma. Tiga parameter penting yang menentukan kualitas sperma secara mikroskopis adalah konsentrasi spermatozoa, bentuk normal spermatozoa dan kemampuan gerak spermatozoa

Makroskopis
Secara makroskopis disebut baik jika volumenya lebih darii 2 ml dalam sehari ejakulasi, berwarna agak keputihan, terdapat gumpalan seperti jelly yang disebut koagulum dan baunya khas sepertikaporit

Biokimiawi
perbedaan umur pejantan yang berpengaruh terhadap kualitas sperma ini disebabkan oleh perbedaan energi yang ada dalam sel sperma. Persediaan energi tergantung pada asupan nutrisi.

Viabilitas Sperma
Kemampuan hidup (viabilitas) spermatozoa sangat dipengaruhi oleh suhu dan secara umum akan hidup lebih lama dalam suhu rendah. Penurunan suhu dari suhu kamar ke suhu dingin dan suhu baru perlu di lakukan secara bertahap untuk menghindari cold shock

Motilitas Sperma
Lama penyinaran sperma berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa pasca pembekuan, fasilitas dan daya tetas telur ikan mas. Semakin lama sperma disimpan akan terjadi penurunan terhadap motilitas, fertilitas, dan daya tetas telurnya

Cara Pengawetan Sperma
Pengawetan sperma untuk beberapa lama perlu dicampur dengan bahan pengencer yang mampu menjamin kebutuhan fisik dan kimiawinya. Pemakaian bahan pengencer dimaksudkan untuk mengurangi aktifitas spermatozoa sehingga menghambat pemakaian energi dan dapat memperpanjang hidup spermatozoa tersebut. Berkurangnya aktifitas spermatozoa menyebabkan produksi asam laktat menurun sehingga penurunan PH menjadi terhambat akibatnya mengurangi pengaruh negatif terhadap kehidupan spermatozoa

Hormon Yang Mempengaruhi Sperma
Proses terbentuknya, spermatogonia sangat dipengaruhi oleh keadaan hormon-hormon FSH, LH dan testosteron, disamping itu sel-sel pemeliharaan (sel-sel testos) mempunyai peranan yang sangat penting .

Syarat Ekstender
mengemukakan bahwa sebaikanya pengencer memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1. Bahan pengecer hendaknya murah, sederhana dan praktis dibuat namun mempunyai daya preservasi tinggi.
2. Pengencer harus mempunyai unsur – unsur yang hamper sama sifat fisik dan kimianya dengan semen dan tidak boleh mengandung zat – zat yang bersifat toksik atau bersifat racun, baik terhasap sperma maupun terhadap betina.
3. Pengencer harus tetap mempertahankan dan tidak membatasi daya fertilisasi sperma, pengencer tidak boleh terlalu kental sehingga menghalang – halangi pertemuan antara sperma dan ovum dan menghambat fertilisasi.
4. Pengencer harus memberi kemungkinan pergerakan sperma sesudah pengencer, dimana sperma masih dapat terlihat agar dapat ditentukan kualitasnya.

Macam-macam Eksterder
macam-macam larutan pengencer, yaitu:
1. Bahan pengencer larutan fruktosa terdiri dari 103 mm NaCl, 22 mm KCl, 130 mm CaCl2, 3,30 mm fruktosa, 79,9 mm glyserin, kuning telur 10% dan DM SO4 10%.
2. Bahan pengencer larutan ringer terdiri dari 7,5 g NaCl, 0,29 KCl: 0,265 gr CaCl2.2H2O.0,29 NaHCO3 dan aquadest 100 mL kemudian ditambah kuning telur 10 % dan praso 10% dari volum pengenceran.
3. Bahan engenceran NaCl fisiologis terdiri dari NaCl fisiologis yang dibuat dengan cara melarutkan 9 gr NaCl dalam 1 liter aquadest kemudian ditambah kuning telur 10% dan priso 10% dari volume pengencer.

Perbedaan Sperma Ikan Sakit (Stress) dan Ikan Sehat
sperma disenut baik jika memenuhi persyaratab dari aspek makroskopis dan mikroskopis. Secara makroskopis maksudnya dapat terlihat mata, sedangkan mikroskopis maksudnya yang teramati dengan bantuan alat mikoskop. Secara makroskopis disebut baik jika volumenya lebih dari 2 mL dalam sekali ejakulasi, berwarna keputihan, terdapat gumpalan seperti jelly yang disebut keagulan dan baunya khas seperti kaporit. Jika volumenya kurang dari 2 mL saat ejakulasi mungkin itu karena ejakulasi tidak sempurna, misalnya karena cemas. Namun, bila volume saat ejakulasi selalu sedikit (kurang dari 2 mL), mungkin ada masalah hormonal, yaitu kadar testosteron yang rendah atau kurang. Jika sperma berwarna kemerahan mungkin ada peredaran. Sedangkan sperma yang berbau tidak seperti seharusnya, misalnya amis, mungkin karena ada infeksi. Dalam proses keluarnya sperma (ejakulasi), lazimnya, setelah sperma cair keluar kemudian secara berurutan keagulan mengalir, tampilannya seperti jelly. Jika dalam pemeriksaan laboratoris didapatkan konsentarsi spermatozoa lebih dari 20 juta sel benih dalam tiap mL cairan sperma, konsentrasi sperma baik. Selanjutnya, apabila spermatozoa yang ada lebih 50 persen mampu bergerak cepat dan lebih 50 persen punya bentuk sel normal, morfologi dan motilitas sperma.

Sabtu, 01 Mei 2010

Sistem Pencernaan Pada Ikan

Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan.
Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin. Bahan makanan yang padat biasanya dipecah menjadi larutan berisikan molekul organiK yang relatif kecil dan dapat larut sebelum dapat dipakai oleh organisme heterotrofik, suatu proses yang disebut pencernaan. Fraksi ingesti makanan yang dicerna dan diabsorbsi disebut digestibility makanan, dipengaruhi oleh tipe makanan, dan tipe konsumen.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai kecemasan bahan kering ransom adalah :
1. Tingkat proporsi bahan pakan dalam ransom
2. Komposisi Kimia
3. Tingkat protein ransom
4. Persentase lemak dan
5. Mineral
Disamping itu perbedaan nilai bahan kering dicerna, mungkin disebabkan karena adanya perbedaan pada sifat-sifat maknan yang diproses termsuk kesesuaiannya untuk dihirolisis oleh enzim dan aktifitas substansi substansi yang terdapat di dalam pakan.

Ikan yang herbivora secara sederhana dapat dinyatakan bahwa ikan itu tidak mempunyai kemampuan untuk memakan dan mencerna material lain selain tumbuhan. Oleh karena itu ikan pemakan tumbuhan cenderung memakan material tumbuhan yang lambat dicernanya. Ikan herbivora ini harus dapat mengekstraksi nutrient melalui ususnya yang panjang. Jadi usus ini berfungsi sebagai penahan makanan dalam jumlah besar dalam waktu yang lama untuk mendapat kesempatan penggunaan penuh material makanan yang sudah dicernakan. Secara kontras ikan karnivora mempunyai usus pendek lebih khusus.

Struktur dan Fungsi Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan serta banyak menghasilkan lender, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan didorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar dan batasnya dengan usus tidak jelas. Pada beberapa ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan besarnya sama. Usus bermuara pada anus.
Sistem pencernaan makanan terdiri atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut, lambung dan usus dengan bantuan pankreas dan empedu.
1. Pencernaan dalam Mulut
Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang kecil. Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar disekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah.
2. Pencernaan dalam Lambung
Makanan yang telah dikunyah dalam mulut ditelan melalui esophagus masuk ke dalam lambung disebabkan oleh adanya gerak peristaltic pada esophagus dengan bantuan mucus. Dalam lambung terdapat cairan yang berfungsi untuk pencernaan protein dengan cara hidrolisis. Dalam lambung ini dihasilkan asam HCl, pepsin, rennin dan mucus atau lendir.
3. Pencernaan dalam Usus
Makanan yang telah dicerna dalam lambung secara berkala masuk ke dalam usus duabelas jari (duodenum) melalui katup pylorus. Ada 2 organ yang berperan penting dalam pencernaan makanan di usus yaitu pankreas, empedu dan usus sendiri.

Manfaat Kandungan Pakan Ikan
>> Alami
Pakan ikan alami merupakan makanan ikan yang tumbuh di alam tanpa campur tangan manusia secara langsung. Pakan ikan alami sebagai makanan ikan adalah plankton dan tumbuhan air lainnya. Plakton dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu plankton nabati (phytoplankton) dan plankton hewani (zooplankton). Tetapi menurut ekologi dan cara hidupnya, plankton dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu epiphyton (periphyton) nektron dan bentos. Ephiphyton adalah jenis plankton, baik phytoplankton maupun zooplankton, yang hidup menempel pada benda-benda air atau melayang-layang dalam air. Nekton adalah jenis plankton yang bisa bergerak aktif. Sedangkan benthos adalah jenis plankton yang menetap di bagian dasar perairan. Memiliki komposisi gizi yang baik diantaranya protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Protein berguna saat proses pertumbuhan dan pengganti sel yang rusak sebagai zat pembangun. Lemak dan karbohidrat berfungsi sebagai pembentuk energi yang akan digunakan tubuh, vitamin dan mineral akan membantu proses metabolisme, mengatur fisiologis membentuk enzim dan hormone karena pakan alami dapat bergerak aktif dan sehingga mengundang larva untuk memakannya. Pada dunia pembesaran, pakan alami sering digunakan untuk memacu perumbuhan (misal cacing sutra).


>> Buatan
Pakan ikan buatan merupakan makanan ikan yang dibuat dari campuran bahan. Bahan alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik (merangsang) ikan untuk memakannya dengan mudah dan lahap. Istilah lain untuk pakan ikan buatan adalah concentrate. Namun istilah ini lebih memasyarakat untuk menyebut pakan unggas.
Bentuk pakan buatan ditentukan oleh kebiasaan makan ikan : a) Larutan; b) Tepung halus; c) Tepung kasar, d) Remah; e) Pelet; f) Eater; g) Tepung darah; h) silase.

Proses Spermatogenesis :

Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli yang berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus yang berfungsi menghasilkan testosteron. Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon.

Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon perangsang folikel (Folicle Stimulating Hormone/FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone/LH).

LH merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama 2 hari.

Surabaya, 20 Maret 2009
pukul 17.00

Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer.
Sel spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder, spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid, spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.

Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 - 400 juta sel spermatozoa.

Gerak Taksis

Taksis adalah gerak seluruh atau bagian tubuh tumbuhan yang berpindah tempat dan arah perpindahannya dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan.

Ditinjau dari macam sumber rangsangannya, taksis dibedakan menjadi:

1. Fototaksis
2. Kemotaksis

1. FOTOTAKSIS
Fototaksis adalah gerak taksis yang disebabkan oleh adanya rangsangan berupa cahaya.
Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal rigean pada otak). Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut fototaksis. Dengan demikian ikan yang tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan fototaksis, yang umumnya adalah ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan demersal, sedangkan ikan-ikan yang tidak tertarik oleh cahaya atau menjauhi cahaya biasa disebut fotophobi (ada pula yan menyebutnya sebagai fototaksis negatif seperti Gunawan, 1985).

Banyak larva yang mengapung bebas bersifat fototaksis pada tahap awal kehidupan larvanya. Ini membuat mereka terdapat pada perairan bebas yang bergerak cepat. Di perairan ini terjadi dispersi yang terbesar jika tiba waktunya untuk menetap, mereka menjadi fototaksis negatif dan bermigrasi ke arah dasar.

Umumnya hewan nokturnal bersifat fototaksis negatif, sedangkan hewan diurnal cenderung bersifat fototaksis positif. Dengan kata lain bahwa hewan nokturnal pada intensitas cahaya yang maksimum akan dirangsang untuk melakukan gerakan mencari perlindungan. Sedangkan bagi hewan diurnal intensitas cahaya yang kuat akan memberikan reaksi yang sebaliknya, mereka akan melakukan berbagai aktivitas.

Terdapat juga ichtyoplankton yang bermigrasi secara harian ke arah permukaanpada siang hari dan masuk ke lapisan yang lebih dalam pada malam hari dimana hal ini merupakan suatu pengecualian yang bersifat fototaksis positif.

Berikut contoh ikan dengan jenis adaptasinya terhadap rangsangan cahaya : sepat menyukai rawa-rawa, danau, sungai dan parit-parit berair tenang, terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air. Jadi sepat bersifat fototaksis positif. Ikan nila bisa hidup di perairan air tawar hampir seluruh Indonesia. Ikan nila cenderung senang hidup di air hangat bersuhu sekitar 28 derajat celcius. Berdasarkan tempat hidupnya, jadi ikan nila bersifat fototaksis positif. Ikan manfish cenderung menyukai suasana yang gelap dan tenang, maka pada dinding akuarium dapat ditempelkan kertas atau plastik yang berwarna gelap. Ikan manfish, termasuk jenis fototaksis negatif, karena dilihat dari warna tubuhnya yang berwarna hitam.
Ikan mas bersifat fototaksis positif, ikan mas dapat tumbuh normal jika lokasi pemeliharaannya berada pada ketinggian antara 150 – 1000 meter dari permukaan laut.

Budidaya Udang Galah

Dalam lima tahun terakhir minat masyarakat untuk membudidayakan udang galah semakin meningkat. Diperkirakan dengan diperkenalkannya bibit udang galah jenis unggul GI Macro oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2001 menjadi pendorong meningkatnya minat ini. Kegiatan budidayanya mencakup tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu dimulai dari (1) Pembenihan yang menghasilkan benih (larva); (2) Pendederan pasca larva (PL) atau pentokolan yang menghasilkan udang tokolan atau benur; dan (3) Pembesaran yang menghasilkan udang konsumsi. Masing-masing kegiatan tersebut dapat merupakan usaha terpisah atau usaha gabungan, tergantung pada kemampuan pengusaha dalam hal teknologi dan manajemen budidaya, modal yang dimiliki dan luas lahan usaha.

Dalam pola pembiayaan ini dipilih usaha gabungan dari dua komponen yaitu pendederan dan pembesaran dengan pola usaha monokultur dan menggunakan teknologi semi intensif. Alasan memilih pola usaha ini adalah teknologi budidayanya sederhana, mudah dan cepat dikuasai oleh masyarakat dan produk udang galah berbagai ukuran langsung terserap pasar dengan harga yang memadai. Budidaya pendederan dan pembesaran juga tidak memerlukan modal besar sehingga dapat dilakukan terutama dalam skala usaha mikro.

Udang galah hidup pada dua habitat, pada stadia larva hidup di air payau dan kembali ke air tawar pada stadia juvenil hingga dewasa. Udang galah bersifat omnivor, cenderung aktif pada malam hari. Jadi, udang galah bersifat fototaksis negatif.

Udang galah adalah jenis udang yang bisa dibudidayakan pada lahan tanah sawah; kolam atau empang air tawar. Pemeliharaannya relatif lebih mudah dibandingkan dengan jenis udang lainnya dan sampai saat ini di wilayah DIY belum ditemukan adanya hama atau penyakit yang membahayakan yang dapat mengganggu budidaya udang galah dan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan panen. Lahan potensial yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya udang galah di DIY.

Pigmentasi Warna Ikan Cupang Hias (Betta splendens) dengan Penambahan Suplemen Limbah Kulit Udang

Kamis, 04 Januari 2010 10:00
Pembimbing : Abdul Karim, S.Si

Ikan cupang (Betta splendens) adalah salah satu jenis hewan peliharaan yang mempunyai daya tarik pada warna yang dimunculkan dari tubuhnya. Berbagai warna-warni indah pada ikan pada dasarnya dihasilkan oleh sel-sel pigmen (chromatophore) yang terletak pada kulit ikan. Ikan cupang (Betta Splendens) adalah salah satu jenis hewan peliharaan yang mempunyai daya tarik pada warna yang dimunculkan dari tubuhnya seperti bentuk, tampilan dan warnanya. Keindahan bentuk sirip dan warna sangat menentukan nilai jual. Warna pada ikan cupang mempunyai fungsi yang signifikan, yaitu sebagai pengenal jenis yaitu dari tampilan pola dan corak warna pada tubuhnya juga sebagai proteksi diri dari ancaman pemangsanya (Purwakusuma, 2007). Keindahan warna pada ikan ini dimunculkan pada periode-periode tertentu, khususnya pada saat menjelang musim kawin. Kondisi lingkungan yang mempunyai intensitas pencahayaan yang tinggi akan membuat warna ikan semakin cerah. Kadar pH air yang tepat untuk ikan cupang berada pada kisaran 6.7 - 7.5 dengan kesadahan air berada pada kisaran 1-3 dh (Rennald, 2007).

Pigmnetasi Ikan Cupang
Pada umumnya pewarnaan tubuh ikan merupakan mekanisme pergerakan butiran pigmen yang dikendalikan oleh hormon-hormon tertentu sebagai akibat reaksi terhadap kondisi lingkungan ikan yang bersangkutan. Oleh karena itu, ikan bisa tampak berbeda pada kondisi lingkungan berbeda. Warna atau pola warna atau corak warna dasar ikan sepenuhnya ditentukan oleh faktor genetik ikan yang bersangkutan. Tampilan warna ikan selain ditentukan oleh jumlah dan konsentrasi sel-sel warna, juga ditentukan oleh kedalaman letak sel tersebut dalam lapisan kulit. Ikan tidak dapat membuat sendiri pigmen warna (de Novo) oleh karenanya harus disuplai dari makanan yang dimakan. Karena itu, jika ikan diberi makan yang tidak mengandung pigmen warna yang dibutuhkan, maka ikan tersebut akan kehilangan warnanya (Anonim, 2007).

Permasalahan yang dihadapi oleh hobiis maupun pembudidaya ikan cupang hias antara lain pada peningkatan kecerahan warna kulit ikannya, untuk mengatasi masalah tersebut telah dicoba dengan pemberian suplemen tambahan yang spesifik untuk warna ikan misalnya: (1) Astaxanthin untuk membangkitkan warna merah; (2) Lycantin untuk membangkitkan warna kuning; (3) Metil testosteron untuk membangkitkan warna biru; (4) Spirulina untuk membengkitkan warna hijau, biru (Anonim, 2007).

Biaya yang relatif mahal untuk membeli suplemen-suplemen di atas menjadi kendala bagi pembudidaya ikan cupang hias yang mempunyai modal terbatas, oleh karena itu perlu adanya terobosan baru untuk menghasilkan suplemen yang murah namun tidak kalah dalam hal kualitas. Limbah kulit udang merupakan limbah yang dihasilkan dari produsen terasi yang menggunakan udang sebagai bahan bakunya. Kulit udang banyak mengandung protein dan kitin (Kariada et al, 2005). Salah satu kandungan proteinnya adalah karoten yang berdasar penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa karoten mampu meningkatkan warna ikan. Menurut Susana Widjaja (1993), salah satu pilihan sumber protein adalah tepung limbah udang. Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan antara 30-40% dari bobot udang segar. Faktor positif bagi tepung limbah udang adalah karena produk ini merupakan limbah.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi limbah kulit udang terhadap peningkatan kecerahan warna ikan cupang hias (Betta splendens), mengetahui proses pengolahan yang tepat agar kulit udang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerahan warna ikan cupang hias (Betta splendens), untuk mengetahui dosis yang efektif dari pemberian limbah kulit udang terhadap peningkatan kecerahan warna kulit ikan cupang hias (Betta splendens). Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu: (1) memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya para peternak ikan cupang hias (Betta splendens) mengenai manfaat dan cara pengolahan limbah kulit udang serta pemberian dosis yang tepat dalam meningkatkan kecerahan warna ikan cupang, (2) sebagai bahan rujukan dalam penelitian lebih lanjut, khususnya dalam hal teknologi pakan ternak ikan, (3) mendorong pengembangan teknologi produksi pakan alternatif berbasis bahan lokal dengan mutu protein tinggi.

Penelitian tersebut menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan metode post test only control group design. Pada penelitian ini digunakan 24 ekor ikan cupang yang dibagi menjadi 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan di mana tiap kelompok terdiri atas 6 ekor ikan cupang. Adapun dosis yang digunakan untuk masing-masing kelompok perlakuan sebagai berikut : 0,1 gr kulit udang/10 gr pelet; 0.5 gr kulit udang/10 gr pelet; 1 gr kuilt udang/10 gr pelet. Data yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada bulan April-Juni 2009.

Instrumen dan Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data pigmentasi warna kulit ikan cupang (Betta splendens) dilakukan dengan cara : Pertama, mengambil gambar ikan cupang dengan kamera pada akhir minggu I dan Minggu II penelitian. Kedua, mencatat pH medium (air) ikan cupang pada setiap pemberian pakan dan pada hari terakhir perlakuan. Ketiga, mencatat suhu medium ikan cupang setiap pemberian perlakuan dan hari terakhir pengamatan Keempat, mencatat intensitas cahaya yang mengenai lingkungan medium ikan cupang pada setiap pengamatan. Kelima, pada akhir pengamatan, membandingkan hasil pengamatan pada minggu I dan Minggu II kemudian dianalisis secara deskriptif. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah : 1) Kamera Digital Cannon seri EOS 350D, 2) pH meter, 3) Termometer, 4) Lux Meter Digital 5) Software Color GIMP.

Hasil penelitian
Hasil pengukuran tingkat kecerahan pigmentasi warna ikan cupang dengan metode skor tingkat kecerahan warna dengan software color GIMP pada system operasi linux menunjukkan terjadi peningkatan kecerahan pada warna kulit ikan cupang hias (Betta splendens). Berdasar kan hasil pengamatan pada masing-masing kelompok menunjukkan adanya peningkatan intensitas kecerahan warna pada kulit ikan cupang. Hal ini ditunjukkan oleh kelompok P1 dan P3 yang memiliki intensitas peningkatan kecerahan warna kulitnya pada tiap periode pengamatan warna. Kelompok perlakuan pada periode ke-3 memiliki kriteria skor warna yang paling tinggi ditunjukkan dengan P1 (7,67); P2 (7,00); dan P3 (8,33). Hal ini menunjukkan penambahan suplemen limbah kulit udang terhadap pelet ikan cupang memiliki peran dalam peningkatan kecerahan warna ikan cupang.